Cooperative
berarti bekerjasama dan learning berarti belajar. Namun tidak semua belajar
bersama adalah cooperative learning, dalam hal ini belajar bersama
melalui teknik-teknik tertentu (Alma, dkk., 2008: 80). Pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa
dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Thompson, et al (dalam Isjoni, 2010:17)
mengemukakan, pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi
sosial pada pembelajaran. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar
bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain.
Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4-6 orang dengan kemampuan yang
heterogen. Kelompok heterogen terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis
kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan
dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Tujuan dibentuknya
kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat
terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar.
Cooperative learning
menurut Lie (2008:29), tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada
unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan
pembagian kelompok secara asal-asalan. Pada pembelajaran kooperatif yang
diajarkan adalah keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama
dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas
yang direncanakan untuk diajarkan.
Menurut bennet (dalam Isjoni , 2010:60),
ada lima unsur dasar yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja
kelompok, yaitu:
1) Positive interdepedence (hubungan timbal balik
yang didasari adanya kepentingan bersama, dimana keberhasilan seseorang
merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya)
2)
Interaction face to face (interaksi yang langsung
tejadi antar siswa)
3) Adanya tanggung jawab pribadi mengenai
materi pelajaran dalam anggota kelompok
4) Membutuhkan keluwesan
5) Meningkatkan keterampilan
bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok)
Anita Lie (dalam Isjoni, 2010: 23) menyebutkan
pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama
dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan,
pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok
atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai
tujuan yang sudah ditentukan. Pembelajaran kooperatif sudah banyak digunakan
untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student
oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam
mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain.
Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2010: 33-34),
terdapat tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran
kooperatif, yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan
kesempatan yang sama untuk berhasil.
a) Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan
kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh
jika kelompok mencapai skor atas kriteria yang ditentukan.
b) Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung pada pembelajaran
individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitik
beratkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam
belajar.
c) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan cara skoring
yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang
diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan cara skoring ini setiap
siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh
kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik untuk kelompoknya.
Ide utama dari belajar kooperatif adalah siswa
bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar
temannya. Belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok,
yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau
penguasaan materi. Model pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha
untuk meningkatkan partisispasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman
sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan
kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang
berbeda latar belakangnya. Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul
dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis (Trianto, 2010:57-59).