Minggu, 23 September 2012

Cooperative Learning


Cooperative berarti bekerjasama dan learning berarti belajar. Namun tidak semua belajar bersama adalah cooperative learning, dalam hal ini belajar bersama melalui teknik-teknik tertentu (Alma, dkk., 2008: 80). Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
 Menurut Thompson, et al (dalam Isjoni, 2010:17) mengemukakan, pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4-6 orang dengan kemampuan yang heterogen. Kelompok heterogen terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar.
Cooperative learning menurut Lie (2008:29), tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok secara asal-asalan. Pada pembelajaran kooperatif yang diajarkan adalah keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan.
Menurut bennet (dalam Isjoni , 2010:60), ada lima unsur dasar yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu:
1)       Positive interdepedence (hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan bersama, dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya)
2)       Interaction face to face (interaksi yang langsung tejadi antar siswa)
3)       Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok
4)       Membutuhkan keluwesan
5)       Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok)
Anita Lie (dalam Isjoni, 2010: 23) menyebutkan pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Pembelajaran kooperatif sudah banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain.
Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2010: 33-34), terdapat tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif, yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
a)      Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor atas kriteria yang ditentukan.
b)      Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung pada pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. 

c)      Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan cara skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan cara skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik untuk kelompoknya.
Ide utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi. Model pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisispasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis (Trianto, 2010:57-59).

Selasa, 11 September 2012

Model pembelajaran cooperative tipe Numbered Head Together (NHT)

Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Head Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2010:82).  
Model pembelajaran cooperative tipe Numbered Head Together (NHT) ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, model pembelajaran  ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka, yang bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik (Lie, 2008:59).
Penerapan tipe NHT (Numbered Head Together) pada umumnya digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif  tipe numbered head together dilakukan dengan empat tahapan. Keempat tahapan dalam NHT tersebut yaitu: (Lie, 2008:89-98).
1)      Penomoran (Numbering)
Siswa dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa atau sebaiknya jumlah kelompok mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Setiap anggota kelompok memiliki kemampuan akademik serta jenis kelamin yang heterogen (satu berkemampuan tinggi, dua sedang, dan satu atau dua rendah), jika memungkinkan maka anggota kelompok juga berasal dari ras, suku, budaya agama yng berbeda. Selanjutnya, setiap anggota kelompok diberi nomor 1,2,3,4, dan 5. Nomor yang dimiliki oleh setiap anggota kelompok akan mempermudah guru untuk menunjuk salah satu siswa dari setiap kelompok untuk mengerjakan tugas, memberikan pertanyaan, dan sebagainya.
2)      Guru mengajukan tugas, soal atau pertanyaan
Setelah kelompok terbentuk, guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok (untuk tiap kelompok sama tetapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok. Pemberian tugas tersebut tentunya diarahkan agar dikerjakan siswa secara berkelompok sesuai kelompok yang telah dibentuk.
3)      Diskusi kelompok
Pada bagian ini tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya “Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru. Diskusi ini hendaknya guru selalu mengingatkan bahwa setiap anggota kelompok harus memahami apa yang sedang didiskusikan serta jawaban dari persoalan yang diberikan oleh guru. Adanya diskusi ini akan semakin membantu siswa yang sulit memahami materi pelajaran, dengan jalan dapat menanyakan langsung kepada teman tanpa merasa takut dan malu.
4)      Guru menyebut salah satu nomor
Langkah berikutnya adalah guru memanggil siswa yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan yang telah diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus hingga semua siswa dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru. Berdasarkan jawaban-jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga siswa dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.
Langkah-langkah pembelajaran numbered head together menurut Lie (2008:60) adalah:
a)        Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b)        Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c)        Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.
d)       Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan  akademik. Tipe pembelajaran ini melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2010:82).

Senin, 10 September 2012

Doa calon istri untuk calon suami



Aku berdo'a untuk seorang pria yang akan menjadi bagian dari hidupku......
Seseorang yang memiliki hati yang bijak tidak hanya otak yang cerdas,
Seorang pria yang tidak hanya mencintaiku tapi juga menghormatiku,
Seorang pria yang tidak hanya memujaku tetapi juga dapat menasehatiku ketika aku berbuat salah,
Seseorang yang mencintaiku bukan karena kecantikanku tapi karena hatiku
Seorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam setiap waktu dan situasi,
Aku tidak meminta seseorang yang sempurna karena manusia tak ada yang sempurna, namun aku ingin dapat membuatnya sempurna di mataMu,
Seorang pria yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya,
Seorang pria yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya,
Seseorang yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya,
Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna,
Buatlah aku menjadi wanita yang dapat membuatnya bangga
Berikan aku hati yang sungguh mencintaiMu sehingga aku dapat mencintainya dengan sekedar cintaku
Berikanlah sifat yang lembut sehingga kecantikanku datang dariMu
Berikanlah aku tangan sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya
Berikanlah aku lisan yang penuh dengan kata-kata bijaksana,
mampu memberikan semangat serta mendukungnya setiap saat dan tersenyum untuk dirinya setiap pagi.. :)




sumber:"Wanita Berjilbab & Pria Pengagum Wanita Berjilbab"